KEBENARAN NON ILMIAH
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Ahmad Muzakkil Anam, M.Pd.I.
Disusun oleh :
Kelompok 06
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
KATA PENGANTAR
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على اشرف الأنبياء والمرسلين محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين
Alhamdulillah rabbil ‘alamin, sholawat dan salam kami panjatkan kepada Rasulullah SAW, Muhammad dan keluarganya serta umat yang mengikuti risalahnya hingga hari kiamat.
Adapun tujuan tulisan makalah ini, pertama untuk memenuhi tugas Filsafat Ilmu dan yang kedua untuk mencoba melahirkan kandungan pemahaman saya tentang Kebenaran Non-Ilmiah dari sedikit yang pernah kami pahami dari kuliah Filsafat Ilmu yang kami terima sebagai mahasiswa.
Mungkin tulisan ini nantinya banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mohon saran dan kritik yang nantinya dapat kami gunakan sebagai acuan untuk lebih baik lagi dalam mengerjakan tugas-tugas yang akan datang.
Kami berdoa dan berharap semoga tulisan ini nantinya dapat bermanfaat bagi pribadi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Akhirnya, jazakumullah ahsanal jaza.
DAFTAR ISI
COVERi
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang1
B.Rumusan Masalah1
C.Tujuan Rumusan1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Kebenaran Non-Ilmiah2
B.Teori Kebenaran Non-Ilmiah2
C.Cara Penemuan Kebenaran Non-Ilmiah3
D.Kelemahan Kebenaran Non-Ilmiah5
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan7
B.Kritik dan Saran8
DAFTAR PUSTAKA9
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap makhluk sosial dengan segala kemampuan dan aktivitas semakin harinya seperti dirasakan penting tentang pendidikan hal kebenaran sesungguhnya memang merupakan tema sentral dalam filsafat ilmu. Problematik mmengenai kebenaran, seperti probleatik tentang pengetahuan, merupakan masalah-masalah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.
Berbicara tentang kebenaran, sebenarnya membicarakan tentang sesuatu yang memiliki makna yang sangat luas. Karena selain membicarakan tentang teori-teori kebenaran yang beragam dan variatif, kita juga dihadapkan dengan kenyataan sejarah yang sangat panjang dan perkembangan pemikiran filsafat itu sendiri yang membicarakan tentang kebenaran. Sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, manusia selalu mencari kebenaran akan suatu hal.
Kita dapat mengelompokkan kebenaran atas pengelompokkan besar yaitu, kebenaran ilmiah dan kebenaran non-ilmiah. Makalah ini akan membahas tentang kebenaran non-ilmiah dan pengertian kebenaran itu sendiri.
B.Rumusan Masalah
1.Apa itu Kebenaran Non-Ilmiah?
2.Apa saja teori-teori Kebenaran Non-Ilmiah?
3.Apa saja cara penemuan Kebenaran Non-ilmiah?
4.Apa saja kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam Kebenaran Non-Ilmiah?
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian dari Kebenaran Non-Ilmiah.
2.Untuk mengetahui apa saja teori-teori Kebenaran Non-Ilmiah.
3.Untuk mengetahui apa saja cara penemuan Kebenaran Non-Ilmiah.
4.Untuk mengetahui apa saja kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam Kebenaran Non-Ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Kebenaran Non-Ilmiah
Kebenaran adalah suatu konsep falsafati, aspek-aspek yang dijalankan dibawah episemologi, logik dan formal. Kata “kebenaran” dapat digunakan sebagai kata benda yang konkret maupun abstrak. Kedudukan kebenaran pertama-tama terletak dalam diri subjek si pengenal. Ada dua hal yang harus dicatat disini bagi subjek yang mengatakan kebenaran.
1.Proporsi yang benar
Maksudnya ialah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan.
2.Proporsi yang diuji itu memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan dan nilai. Alasannya adalah kebenaran tidak dapat dilepaskan dari kualitas, sifat, hubungan dan nilai itu sendiri.
Ada berbagai macam kategori sebagaimana yang telah disebutkan diatas, maka tidak heran jika setiap subjek memiliki persepsi dan pengertian yang berbeda satu sama lain. Maka, kebenaran itu selalu dikaitkan dengan 3 hal, salah satunya adalah kualitas pengetahuan. Burhanudin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, salah satunya adalah pengetahuan ilmu. Kebenaran non-ilmiah yaitu kebenaran yang diperoleh bukan berdasarkan penalaran logika ilmiah. Metode non-ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah. Namun dalam pemecahan masalah tersebut hanya berdasarkan pada pendapat atau anggapan dari para ahli pikir atau dari para penguasa yang dianggap benar, padahal anggapan itu belum tentu terbukti benar.
B.Teori Kebenaran Non-Ilmiah
Adapun teori kebenaran non-ilmiah dibagi menjadi empat, yaitu :
1.Teori Kebenaran Proposis
Kebenaran Proposis adalah suatu kebenaran yang dapat diperoleh apabila proposisi-proposisinya tidak lain adalah suatu pernyataan yang kompleks. Misalkan, kita tahu bahwa ½ gelas yang berisi air kalau dilukis akan memiliki gambar yang sama dengan ½ gelas yang kosong.
2.Teori Kebenaran Performatif
Suatu Kebenaran Performatif dianggap benar apabila memang dapat diaktualkan dalam sebuah tindakan. Aristoteles menyatakan bahwa kebenaran itu subjektif. Kebenaran seseorang tidaklah benar seluruhnya terhadap orang lain. Artinya kebenaran terkadang berubah sesuai dengan pola pikir manusia atau paradigmanya.
3.Teori Kebenaran Sintaksis
Teori Kebenaran Sintaksis adalah teori kebenaran tata bahasa, karena teori ini dipengaruhi oleh kejiwaan dan ekspresi, maka yang menerimanya adalah mereka yang memiliki keterkaitan kejiwaan bahkan terobsesi jika tata bahasanya mengandung nuansa rasa.
4.Teori Kebenaran Logika
Kebenaran Logika adalah kebenaran yang sebenarnya telah menjadi fakta dan merupakan suatu pemborosan dalam pembuktiannya. Misalkan, lingkaran harus berbentuk bulat. Para ahli menganggap bahwa dalil aksioma tidak perlu dibuktikan, tapi sebenarnya pembuktian itu berawal dari keraguan dan untuk meyakinkannya perlu mencari titik temu antara agama dan ilmu. Sudah suatu kelaziman dalam berbagai bidang keahlian maupun produk tertentu harus memenuhi standarnya, sehingga keabsahan, kualitas dan validasinya terjamin dan dapat dipertanggung-jawabkan. Kalau tidak begitu, tentu semua orang bisa berkata atau berbohong dan melanggar berbagai aturan main dan kaidah yang sudah ditetapkan dan disepakati para ahli pada setiap bidang keilmuan.
C.Cara Penemuan Kebenaran Non-Ilmiah
Upaya untuk menemukan kebenaran yang non ilmiah dapat terlaksana dengan berbagai cara diantaranya ialah :
1.Kebenaran karena akal sehat (common sense)
Akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar.
2.Kebenaran Agama dan Wahyu
Kebenaran mutlak dan asai dari Allah dan Rasulnya. Bererapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.
3.Kebenaran spekulasi
Kebenaran karena adnya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh risiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah.
4.Penemuan secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan berlangsung tanpa disengaja. Dalam sejarah manusia, penemuan secara kebetulan itu juga yang berguna walaupun terjadinya tidak secara ilmiah, tidak sengaja dan tanpa rencana. Cara ini untuk dapat diterima dalam metode keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu. Kebenaran ini juga diartikan sebagai kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berfikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang. Contohnya adalah kasus patung kourus dan museum Getty.
5.Penemuan “coba dan ralat” (trial and error)
Penemuan “coba dan ralat” terjadi tanpa kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari itu. Memang ada aktivitas mencari kebenaran, tetapi aktivitas itu mengandung unsur spekulatif atau “untung-untungan”.
6.Penemuan melalui otoritas atau kewibawaan
Pendapat orang yang memiliki kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering diterima sebagai kebenaran meskipun pendapat itu tidak didasarkan pembuktian ilmiah.
7.Penemuan Pendekatan Intutif
Dalam pendekatan intuitif orang menentukan pendapat mengenai sesuatu berdasarkan atas pengetahuan yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau dipikirkan terlebih dahulu. Dengan intusi orang memberikan penilaian tanpa didahului suatu renungan. Pencapaian pengetahuan yang demikian itu sukar dipercaya. Disini tidak terdapat langkah-langkah yang sistematik dan terkendali.
Kebenaran yang diperloeh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-lusanya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa kelompok (mahzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya) mungkin terminology yang digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis alias menganut mahzab dualisme kelompok, missal mengakui kebenaran realism dan naturalisme sekaligus.
Yang penting, kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu, yaitu : (1) statement (pernyataan) (2) persesuaian (agreement) (3) situasi (situation), (4) kenyataan (realitas), (5) putusan (judgements). Kebenaran tak cukup hanya diukur dengan rasio dan kemauan individu. Kebenaran bersifat onjektif, universal, berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religious kebenaran ilmiah ini adalah kebenaran tertinggi, di mana semua kebenaran (kebenaran indra, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada dibawah kebenaran agama sebagai teori kebenaran. Tegasnya, kebenaran sejati jelas menggunakan alat, budi, fakta, relitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai mahkluk pencari kebenaran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
D.Kelemahan Kebenaran Non-Ilmiah
Penemuan dengan cara yang tidak ilmiah (non-ilmiah) adalah cara yang mudah dilakukan serta cepat didapat. Cara non-ilmiah memiliki banyak kelemahan justru karena dengan cara ini didapat secara cepat dan mudah. Sebagai contoh, ketika sesorang berjalan di tempat gelap dan sunyi, tiba-tiba mendengar seperti suara benda keras terjatuh. Kemudian orang itu bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Dengan menggunakan cara yang tidak ilmiah pasti orang tersebut akan berpikir bahwa suara tersebut berasal dari “penghuni” tempat itu. Namun, hal ini tidak dapat dibuktikan karena tidak ada fakta yang mendukung persepsi tersebut. Kelemahan metode non-ilmiah ini terletak pada kemampuan dalam menemukan bukti dari penemuan tersebut.
Berikut ini beberapa kelemahan dari metode non-ilmiah :
1.Pengetahuan yang didapat cenderung tidak akurat dan bersifat terbatas.
2.Pengetahuan yang didapat cenderung digeneralisasikan ke tingkatan yang lebih umum tanpa melalui sebuah proses yang dapat dipertanggung-jawabkan.
3.Pengetahuan yang didapat dimungkinkan sebagai sebuah hasil rekayasa demi kepentingan mempertahankan kebenaran pengetahuan yang ada.
4.Pengetahuan yang didapat sulit dibebaskan dari kepentingan subjektif.
5.Pengetahuan yang didapat masih memberikan ruang bagi nuansa mistik yang secara rasional dan logika sulit untuk dipertanggung-jawabkan.
Pada akhirnya, pengetahuan yang didapat dengan cara yang tidak ilmiah ini cenderung untuk mengambil jalan pintas tanpa memperhatikan proses bagaimana munculnya pengetahuan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kebenaran adalah suatu konsep falsafati, aspek-aspek yang dijalankan dibawah episemologi, logik dan formal. Kata “kebenaran” dapat digunakan sebagai kata benda yang konkret maupun abstrak. Kedudukan kebenaran pertama-tama terletak dalam diri subjek si pengenal. Ada dua hal yang harus dicatat disini bagi subjek yang mengatakan kebenaran.
Kebenaran yang diperloeh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-lusanya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa kelompok (mahzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya) mungkin terminology yang digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis alias menganut mahzab dualisme kelompok, missal mengakui kebenaran realism dan naturalisme sekaligus.
Yang penting, kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi actual.
Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religious kebenaran ilmiah ini adalah kebenaran tertinggi, di mana semua kebenaran (kebenaran indra, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada dibawah kebenaran agama sebagai teori kebenaran. Tegasnya, kebenaran sejati jelas menggunakan alat, budi, fakta, relitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai mahkluk pencari kebenaran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
Dengan menggunakan cara yang tidak ilmiah pasti orang tersebut akan berpikir bahwa suara tersebut berasal dari “penghuni” tempat itu. Namun, hal ini tidak dapat dibuktikan karena tidak ada fakta yang mendukung persepsi tersebut. Kelemahan metode non-ilmiah ini terletak pada kemampuan dalam menemukan bukti dari penemuan tersebut.
B.Kritik dan Saran
Demikian sedikit uraian tentang kebenaran non-ilmiah. Penulis yakin bahwa disana sini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan khususnya analisis yang tumpul sehingga belum menghasilkan sesuatu yang diharapkan secara maksimal. Oleh karena itu, Penulis menerima dengan senang hati terbuka setiap saran dalam rangka menggali khazanah intelektual muslim untuk mengambil nilai-nilai positif demi kebangunan intelektual seorang muslim di masa mendatang.
Selanjutnya besar harapan semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menjadi amal sholeh.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kenedi. 2018. Konsep Kebenaran Menurut Islam. LP2M IAIN Metro. Vol.4 No.02. http://journal.an-nur.ac.id/index.php/mubtadiin/issue/view/2. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2019.
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Soedibjo, Bambang. 2005. Metodologi Penelitian. Bandung : Universitas Nasional Pasim
http://pengertiandanartikel.blogspot.com/2017/04/sejarah-penemuan-ilmiah-dan-non-ilmiah.html?m=1, Diakses pada 21 Oktober 2019.
http://suheri19.blogspot.com/2017/10/kebenaran-ilmiah-dan-non-ilmiah.html?m=1, Diakses pada tanggal 21 Oktober 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar