Kebenaran ilmiah
Kelompok 05
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarahnya manusia selalu merasa akan rasa ingin tahu, berbagai persoalan mendasar tentang dirinya dan hal disekitarnya. Berbagai jawaban pun banyak menimbulkan kontradiktif antara satu sama lain. Perdebatan menjadi bahan diskusi dalam hal tersebut. Menurut Semiawan, dkk (1999:76), berpendapat bahwa setiap evolusi ilmu dimulai dengan suatu bahwa intelektual (intellectual exercise) oleh kelompok ilmuan tertentu yang menumbuhkan suatu gagasan baru kemudian berkembang menjadi suatu konsep baru dan kemudian berkembang menjadi suatu konsep atau pola pengetahuan baru yang sebelumnya tidak ada ataupun tidak diharapkan akan ada; suatu tindakan kreatif yang bersumber dari suatu inovatif, bertolak darimasukan ilmu yang sudah ada sebagai batu loncatan transformasi fundamental.
Hakikatnya mahasiswa merupakan agent of change, dengan sebuah filosofi sarjana yaitu mengungkapkan kebenaran. Berbagai cara ditempuh untuk memenuhi kebenaran baik secara rasional maupun empiris. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlahsuatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Jawaban terhadap pertanyaan itu bermacam-macam, tergantung pada kriteria untukmenentukan kebenaran. Dilihat dari kriteria tersebut muncullah berbagai teori kebenaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat kebenaran?
2. Apa saja teori kebenaran?
3. Apa perbedaan pengetahuan sehari-hari dan pegetahuan ilmiah?
4. Bagaimana cara mendapatkan kebenaran ilmiah?
5. Apa saja jenis dan sifat kebenaran ilmiah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat dari kebenaran.
2. Untuk mengetahui berbagai teori kebenaran.
3. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sehari-hari dan pengetahuan ilmiah.
4. Untuk mengetahui cara mendapatkan kebenaran ilmiah
5. Untuk mengetahui beberapa jenis dan sifat kebenaran ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kebenaran
Kebenaran merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan untuk membuktikan suatu kebenaran dari teori ataupun pengetahuan yang kita dapatkan. Namun kebenaran sendiri merupakan suatu bentuk dari rasa ingin tahu setiap individu. Rasa ingin tahu sendiri merupakan terbentuk dari adanya kekuatan akal yang dimiliki manusia yang ingin selalu mencari, memahami, serta memanfaatkan kebenaran yang telah ia dapatkan dalam hidupnya.
Cara mendapatkan kebenaran dapat dipandang sebagai ilmiah manakala dilakukan melalu penelitian. Penelitian dan proses berpikir yaitu dua sisi yang saling mengisi dari segi proses maupun tujuannya. Ditinjau dari segi proses, penelitian dan berpikir harus dilakukan secara sistematis dan didukung oleh bukti; dan dilihat dari sisi produk, penelitian dan berpikir ditujukan untuk menemukan kebenaran atau melahirkan hipotesis.
B. Teori Kebenaran
Dalam menguji suatu kebenaran diperlukan teori ataupun metode yang berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi jalanya pengujian kebenaran. Adapun sebagai berikut :
1. Kebenaran Pragmatis
Kebenaran yang menurut teori ini sesuatu dianggap benar bila terbukti sesuatu itu mendatangkan manfaat. Konsep kebenaran ini nampaknya kurang cocok untuk mengukur kebenaran sejarah, apalagi kalau pragmatis itu dilihat dari segi manfaat langsung. Tetapi kalau manfaat itu berkait dengan kegunaan tidak langsung dan bersifat tidak imateriil, bisa saja dengan kriteria kebenaran ini.
2. Kebenaran empiris
Kebenaran yang umumnya menunjuk kepada yang dianggap benar bila sesuai dengan pengalaman indrawi atau dapat diamati oleh indra. Dengan prinsip bahwa suatu pernyataan sejauh itu dianggap benar kalau ada kenyataan empris, maka teori kebenaran ini bisa saja digunakan untuk studi sejarah, asal para sejarawan benar-benar memiliki perhatian dan sungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan dan melakukan interpretasi tanpa ditumpangi kepentingan, kecuali untuk kepentingan ilmiah.
3. Kebenaran berdasarkan teori korespondensi
Sesuatu dinyatakan benar apabila terdapat kesesuaian antara pernyataan atau materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan itu berkorespondensi/berhubungan/sesuai dengan objek yang dimaksud dalam pernyataan. Dalam hal ada pengertian bahwa fakta yang merupakan pernyataan dari suatu peristiwa sesuai atau dapat dibuktikan berdasarkan realitas.
4. Kebenaran menurut teori koherensi
Sesuatu atau pernyataan itu dianggap benar, apabila pernyataan itu bersifat koheren atau kon```sisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya. F. H. Bradley menyatakan bahwa kebenaran sebagai suatu pernyataan dianggap benar bila itu dalam keadaan saling berhubungan, relevan dengan lain yang benar. Kebenaran sejarah merupakan rumusan dari suatu jaringan antar fakta yang saling berkaitan.
Ciri umum dari kebenaran ilmu pengetahuan yaitu pertama bersifat rasional, empiris dan sementara. Rasional artinya kebenaran itu ukurannya akal. Sesuatu dianggap benar menurut ilmu apabila masuk akal. Empiris artinya ilmu itu berdasarkan kenyataan. Kenyataan yang dimaksud di sini yaitu berdasarkan sumber yang dapat dilihat langsung secara materi atau wujud fisik. Empiris dalam sejarah, yaitu sejarah memiliki sumber sejarah yang merupakan kenyataan dalam ilmu sejarah. Sementara artinya kebenaran ilmu pengetahuan itu tidak mutlak seperti halnya kebenaran dalam agama. Kemutlakan kebenaran agama misalkan dikatakan bahwa Tuhan itu ada dan memiliki sifat yang berbeda dengan makhluknya. Ungkapan ini tidak dapat dibantah harus diyakini atau diimani oleh manusia.
5. Teori Kebenaran Paradigmatis Dan Konsensus
Teori kebenaran paradigmatik ini dapat diturunkan dari konsep paradigma Thomas Samuel Kuhn. Menurut Kuhn, ilmu pengetahuan dikonstruksi atas paradigma tertentu. Dalam dunia ilmiah ada sekelompok ilmuan yang mendukung paradigma tertentu (misalnya dalam psikologi: terdapat paradigma psikoanalisa, paradigma whvorisme, paradigma humanistik, dan lain-lain). Kuhn mengemukakan teori konsesus atau paradigmatik berkaitan dengan konsep paradigma sebagai dasar atau model yang diterima oleh kelompok ilmuan dalam mengembangkan dan menguji teorinya. Teori ilmiah dengan demikian dianggap atau dinyatakan benar jika dapat disetujui oleh komunitas ilmuan pendukung paradigma tersebut.
C. Pengetahuan Sehari-Hari Dan Pengetahuan Ilmiah
Disini dijelaskan perbedaan pegetahuan sehari-hari dengan pengetahuan ilmiah. Perbedaan antara keduanya disajikan di dalam tabel berikut :
No Faktor Pembeda Pengetahuan Sehari-hari Pengetahuan Ilmiah
1 Tujuan Berguna untuk kehidupan sehari-hari Menemukan kebenaran, memperluas pemahaman/ pengetahuan, deskripsi, eksplanasi, interpretasi, prediksi, retrodiksi, penemuan, aplikasi, kontrol
2 Metode Tanpa metode Kualitatif, kuantitatif
3 Bahasa Ambigu/kabur Lugas/tepat, verifikasi/falsifikasi
Pengetahuan sehari-hari adalah bentuk pengetahuan yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Karena itu disebut juga dengan pengetahuan eksistensial. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya banyak ditemukan cara pengobatan yang termasuk pengetahuan eksistensial dan diwariskan secara turun-temurun. Umpamanya daun-daunan, akar-akaran, umbi-umbian yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit. Contoh yang jelas dan sederhana adalah berbagai jenis jamu yang digunakan (oleh masyarakat tradisional) tanpa pembuktian laboratorium (pebuktian ilmiah), sehingga tidak dapat diketahui dan dijelaskan oleh mereka mengapa akar-akaran atau daun-daunan itu bisa mengobati suatu penyakit. Akan tetapi, sebagian masyarakatawam percaya begitu saja bahwa jamu itu sanggup mengobati penyakit, tanpa dapat menjelaskan alasannhya.
Jika jenis jamu itu dianalisi/diteliti melalui laboratorium oleh seorang ahli tentang kandungan zat-zat kimia yang dikandungnya, kemudian diketahui bahwa zat itu memang ampuh untuk mengobati (mematikan) penyakit atau bakteri tertentu, maka kita mendapatkan penjelasan mengapa jamu itu dapat menyembuhkan penyakit tertentu. Berarti, pengetahuan sehari-hari ilmiah dilakukan berkali-kali (diverifikasi) dan hasilnya serupa dengan hasil penelitian sebelumnya, maka kita dapat memberikan penjelasan (kausalitas) mengapa jamu dapat memberikan pemaparan secara jelas, sistematis, dengan pernyataan yang dapat dibuktikan (dijustifikasi) berdasarkan pengalaman/eksperimen, maka pengetahuan sudah biasa sudah meningkat menjadi pengetahuan ilmiah.
Berbeda dengan pengetahuan sehari-hari, tujuan ilmu pengetahuan/pengetahuan ilmiah adalah (1) untuk menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi. Menjawab pertanyaan ‘mengapa” merupakan inti kegiatan ilmiah. Pnjelasan kausalitas merupakan tujuan ilmu pengetahuan yang penting (terutama pada ilmu-ilmu alam dan ilmu pengetahuan soaial humaniora yang menggunakan metode ilmu pengetahuan alam). (2) deskripsi/pemaparan, (3) retrodiksi, (4) prediksi, dan (5) kontrol. Berbeda dengan penjelasan, deskripsi adalah upaya untuk menjawab pertanyaan tentang apa, siapa, dimana, kapan, dan berapa. Intinya deskripsi merupakan pemaparan atau laporan ihwal suatu peristiwa atau fenomena alam dan sosial-budaya.
Berbeda dari deskripsi, retrodiksi adalah model pemaparan rekonstruktif tentang masa lalu, yang didasarkan atas fakta (artefak, fosil)yang ditemukan. Jika retrodiksi adalah model pemaparan yang berorientasi ke masa lalu, maka prediksi adalah model pemaparan yang bertujuan atau berorientasi ke masa depan. Kontrol adalah salah satu tujuan ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk merakayasa peristiwa atau fenomena alam dengan menggunakan data-data /pertimbangan ilmiah.
Disamping perbedaan tujuan dan metode, ada perbedaan antara pengetahuan sehari-hari dengan ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) yakni dalam sarana bahasa yang dipakai. Pengetahuan sehari-hari menggunakan bahasa sehari-hari, sementara pengetahuan ilmiah menggunakan bahasa ilmiah.
D. Cara Mendapatkan Kebenaran Ilmiah
Kebenaran merupakan sifat yang nyata yang memiliki suatu fakta secara empiris. Kebenaran akan didapatkan oleh seseorang melalui penalaran yang dilakukan oleh manusia untuk memaknai suatu anggapan umum. Kebenaran bukanlah sesuatu hal yang mudah didapatkan dengan hanya merenung, melainkan dalam penerapannya untuk mendapatkan kebenaran haruslah kita berpikir dan menalarkan apa yang terjadi. Agar dapat membuktikan suatu teori dalam pengetahuan, terdapat beberapa cara yang dapat mendapatkan kebenaran dalam membuktikan suatu pengetahuan yang telah ada. Jujun S. Suria sumantri(2010) mengidentifikasi pendekatan ini dalam 6 hal, yaitu :
1. Pendekatan Empiris
Yakni suatu pendekatan dengan memberdayakan seperangkat indra manusia yang berfungsi sebagai penghubung dirinya dengan dunia nyata. Dengan inderanya manusia mampu mengenal berbagai hal yang ada di sekitarnya, yang kemudian di proses dan mengisi kesadarannya. Indra bagi manusia merupakan pintu gerbang jiwa. Tidak ada pengalangan yang diperoleh melalui indra. Karenanya kebenaran diperoleh melalui pengindraan/pengalaman. Bahwa dengan pengalaman kita mendapatkan pemahaman yang benar mengenai bentuk, ukuran, warna, dan seterusnya mengenai suatu hal.upaya untuk mendapatkan kebenaran dengan pendekatan demikian merupakan upaya yang elementer namun tetap diperlukan. Bagi golongan ini, pengetahuan ini bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak, namun melalui pengalaman yang konkrat.
2. Pendekatan Rasional
Yaitu dengan mengandalkan rasio. Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir. Dengan kemampuan ini manusia dapat menangkap ide atau tentang sesuatu, yang pada akhirnya sampai pada kebenaran, yaitu kebenaran rasional. Fungsi pikiran manusia adalah mengenal ide itu untuk dijadikan pengetahuan.
3. Pendekatan Intuitif
Merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menukan jalan pemecahannya. Atau secara tiba-tiba seseorang memperoleh “informasi” mengenai peristiwa yang akan terjadi. Itulah beberapa contoh intuisi. Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramalkan, bahwa intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit, atau tak bisa dijelaskan, dan tidak bisa dipelajari atau di tiru oleh orang lain. Meskipun validitas intuisi diragukan banyak pihak, ada sementara ahli yang menaruh perhatian pada kemampuan manusia yang satu ini.
4. Pendekatan Religius
Yaitu sebagai konsekuensi manusia merupakan makhluk yang menyadari bahwa alam semesta beserta isinya ini diciptakan dan dikendalikan oleh kekuatan kodrati, yaitu Tuhan. Kekuatan adikodrati inilah sumber dari kebenaran. Oleh karena itu, agar manusia memperoleh kebenaran yang hakiki, supaya untuk memperoleh kebenaran dengan jalan seperti diatas disebut sebagai pendekatan religius atau pendekatan suprapikir disebut demikian karena pendekatan ini melampaui daya nalar manusia. Kebenaran religius bukan hanya berhubungan dengan kehidupan sekarang dan yang terjangkau oleh pegalaman, melainkan juga mencakup masalah yang bersifat transendental, seperti latar belakang penciptaan manusia dan kehidupan setelah kematian.
5. Pendekatan Otoritas
Pendekatan otoritas ini usaha dalam memperoleh kebenaran dilakukakn dengan dasar pendapat atau pernyataan dari pihak yang memiliki otoritas. Yang di maksud dengan hal ini yaitu individu yang memiliki kelebihan tertentu dibanding anggota masyaratak pada umumnya. Kelebihan ini bisa berupa kekuasaan, kemampuan intelektual, keterampilan, pengalaman, dsb. Mereka yang memiliki kelebihan-kelebihan seperti itu disegani, ditakuti, ataupun dijadikan figur panutan. Apa yang mereka nyatakan akan di terima masyarakat sebagai suatu kebenaran. Contoh mengenai ketergantungan manusia pada otoritas dalam mencari kebenaran yaitu pada masa yunani kuno para pemikir seperti socrates, plato, dan aristoteles di pandang sebagai sumber kebenaran, bahkan melebihi pengamatan atau pengalaman langsung.
6. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah bertumpu pada dua anggapan dasar yaitu: (a) bahwa kebenaran dapat diperoleh dari pengamatan dan, (b) bahwa gejala itu timbul sesuai dengan hubungan yang berlaku menurut hukum tertentu. Pendekatan ilmiah merupakan pengkombinasian yang jitu dari pendekatan empiris dan pendekatan rasional.
E. Jenis Dan Sifat Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah memiliki jenis tersendiri yang berbeda dengan kebenaran lainnya, setidaknya ada tiga jenis kebenaran ilmiah.
1. Pertama, kebenaran ontologikal yaitu kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan.
2. Kedua, kebenaran epistemologikal yaitu kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia.
3. Ketiga, kebenaran semantikal yaitu kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa.
Kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai ilmu itu sendir, setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda dari satu dengan yang lainnya, dan dalam hal itu terlihat sifat-sifat dari kebenaran. Sifat kebenaran dibedakan menjadi tiga hal, yaitu :
Pertama, kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan, dimana setiap pengetahuan yang dimiliki di lihat dari jenis pengetahuan yang dibangun, yakni: (1) pengetahuan biasa atau disebut ordinary knowledge atau common sense know-ledge; (2) pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan dari para ahli sejenis; (3) pengetahuan filsafat yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat, bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran analitis, kritis, dan spekulatif; (4) pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang bersifat dogmatis yang selalu dihampiri oleh keyakinan yang tertentu sehingga pernyataan dalam kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya.
Kedua, kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya. Implikasi dari penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan akan mengakibatkan karakteristik kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan akan memiliki cara tertentu untuk membuktikannya.
Ketiga, kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. Membangun pengetahuan tergantung dari hubungan antara subjek dan objek mana yang dominan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebenaran merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan untuk membuktikan suatu kebenaran dari teori ataupun pengetahuan yang kita dapatkan. Namun kebenaran sendiri merupakan suatu bentuk dari rasa ingin tahu setiap individu. Rasa ingin tahu sendiri merupakan terbentuk dari adanya kekuatan akal yang dimiliki manusia yang ingin selalu mencari, memahami, serta memanfaatkan kebenaran yang telah ia dapatkan dalam hidupnya.
Dalam menguji suatu kebenaran diperlukan teori ataupun metode yang berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi jalanya pengujian kebenaran. Adapun sebagai berikut : a. Kebenaran Pragmatis, b. Kebenaran empiris, c. Kebenaran berdasarkan teori korespondensi, d. Kebenaran menurut teori koherensi, e. Kebenaran menurut teori koherensi
Disini dijelaskan perbedaan pegetahuan sehari-hari dengan pengetahuan ilmiah. Perbedaan antara keduanya disajikan di dalam tabel berikut :
No Faktor Pembeda Pengetahuan Sehari-hari Pengetahuan Ilmiah
1 Tujuan Berguna untuk kehidupan sehari-hari Menemukan kebenaran, memperluas pemahaman/ pengetahuan, deskripsi, eksplanasi, interpretasi, prediksi, retrodiksi, penemuan, aplikasi, kontrol
2 Metode Tanpa metode Kualitatif, kuantitatif
3 Bahasa Ambigu/kabur Lugas/tepat,verifikasi/falsifikasi
terdapat beberapa cara yang dapat mendapatkan kebenaran dalam membuktikan suatu pengetahuan yang telah ada. Jujun S. Suria sumantri (2010) mengidentifikasi pendekatan ini dalam 6 hal, yaitu : pendekatan empiris, pendekatan rasional, pendekatan intuitif, pendekatan religious, pendekatan otoritas.
Kebenaran ilmiah memiliki jenis tersendiri yang berbeda dengan kebenaran lainnya, setidaknya ada tiga jenis kebenaran ilmiah : kebenaran ontologika, kebenaran epistemologi, kebenaran semantikal. Dan sifat kebenaran dibedakan menjadi tiga hal, yaitu : a.kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan, b. kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya, c. kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. 2014. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Peradaban. Jakarta: Rajawali Pers.
Yusuf Lubis, Akhyar. 2015. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar