Rabu, 18 September 2019

TAFSIR TUJUAN HIDUP MANUSIA AZ - ZARIYAT : 56

MAKALAH TAFSIR
TUJUAN HIDUP MANUSIA
AZ - ZARIYAT : 56
Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir
Dosen Pengampu : RA Umi Saktie Halimah, LC., M.Pd.I.

Disusun oleh :
Kelompok 1

Kelas 3A

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
SALATIGA
2019

A.Latar Belakang
Dewasa ini, dimasa yang modern ini kita seringkali bingung ataupun bimbang akan apa yang hendak kita lakukan, apa yang akan kita capai, apa yang akan kita usahakan, bagaimana caranya nya, bersama siapa, sendirikah atau bersama seseorangkah. Dari semua itu disinilah pentingnya kita mengunggah tema ini, tema yang berjudul “Tujuan Hidup Manusia (Adz-Ariyat ayat 56)”.
Dimana kita akan menjabarkan tujuan hidup manusia, sebagaimana yang telah dijabarkan di dalam al-Quran surah Adz-Ariyat ayat 56. Dalam rurah Adz-Ariyat ayat 56 ini setiap manusia tujuan hidupnya adalah semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah untuk mencari keridhaan-Nya.

B.Ayat Al quran dan terjemahannya
                                                                          لِيَعْبُدُونِ إِلَّا وَٱلْإِنسَ ٱلْجِنَّ  خَلَقْتُ  وَمَا
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat : 56).
Asbabun Nuzul Surat Az-Zariyat Ayat 56: ketika para malaikat mengetahui bahwa allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi (Nabi Adam a.s). Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci.
Allah memberitahukan bahwa dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika dia menyempurnakan-Nya dan meniupkan roh didalamnya para malaikat bersujud kepadanya, yang harus di pahami bahwa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud ibadah hanya diperuntuhkan kepada Allah SWT.
Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Az-Zariyat Ayat 56: Allah menegaskan dalam QS. az-Zariyat ayat 56 bahwa tujuan diciptakannya jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah dalam arti menyembah, mengabdi, menghamba, tunduk, tata dan patuh terhadap segala yang dikehendaki-Nya. Ketundukan, ketaatan dan kepatuhan dalam kerangka ibadah tersebut harus menyeluruh dan total, baik lahir maupun batin.
Tujuan ibadah adalah untuk mencari ridha Allah Swt. Secara garis besar, ibadah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1.Ibadah mahdah yakni ibadah yang telah ditetapkan ketentuan pelaksanaannya, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji.
2.Ibadah ghairu mahdah yakni ibadah yang belum ditetapkan ketentuan secara khusus dalam pelaksanaannya. Sebagai contoh, ibadah melalui menyantuni fakir miskin, berbuat baik, dan hal-hal lain dalam bentuk mu’amalah.
Ibadah merupakan bukti rasa syukur manusia kepada Allah Swt yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan yang dengan kemurahan-Nya Allah Swt memberikan fasilitas hidup. Sikap tersebut sudah seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, apabila manusia mempunyai kesadaran akan hak itu. Lain hal-nya apabila manusia tidak mempunyai kesadaran untuk mensyukuri segala yang telah diberikan oleh Allah Swt., maka ia akan menjadi manusia yang tidak mau tunduk, tidak mau taat dan mengingkari Allah Swt dengan tidak mau beribadah kepada-Nya.
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pengahayatan dan pengamalan QS az-Zariyat : 56 sebagai berikut:
1.Selalu beribadah hanya kepada Allah Swt. baik dalam artian sempit maupun luas.
2.Senantiasa mensyukuri segala nikmat yang Allah Swt. berikan kepada kita yang dimanifestasikan dengan beribadah kepada-Nya.

C.Tafsir dan pembahasannya
1.“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-ku”. Pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang kafir tidak menyembah-nya. Karena sesungguhnya tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan keberadaanya. Perihalnya sama saja dengan pengertian yang terdapat didalam perkataanmu. “aku runcingkan pena ini supaya aku dapat menulis denganya.” Dan kenyataanya terkadang kamu tidak menggunakannya. (Tafsiran Jalalayn).
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-ku. Ayat diatas menggunakan bentuk persona pertama (aku) setelah sebelumnya menggunakan persona ketiga (dia/allah). Ini bukan saja bertujuan menekankan pesan yang dikandungnya tetapi juga untuk menginsyaratkan bahwa perbutan-perbuatan allah melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya. penciptaan, pengutusan rasul, turunya siksa, rezeki yang dibagikan-Nya, melibatkan malaikat dan sebab-sebab lainnya, sedang disisi karena penekannyan adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain allah SWT.
2.Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk suatu manfaat yang kembali kepada-Ku, tetapi mereka Aku ciptakan untuk beribadah kepada-Ku. Dan ibadah itu sangat bermanfaat untuk mereka sendiri. ( Tafsir Quraish Shihab)
3.Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 56. Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku semata, tidaklah Aku menciptakan mereka agar mereka menjadikan sekutu bagi-Ku.
4.Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 56.
لِيَعْبُدُونِ إِلَّا وَالْإِنسَ الْجِنَّ خَلَقْتُ وَمَا (Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku) Mujahid berkata: maknanya adalah melainkan Aku akan memerintahkan dan melarang mereka. Pendapat lain mengatakan yakni melainkan agar mereka tunduk dan patuh kepada-Ku. Sebab makna ‘ibadah’ secara bahasa adalah tunduk dan patuh.
5.Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 56. Kami tidak menciptakan jin dan manusia kecuali kami perintahkan mereka untuk beribadah, yaitu merendah, tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.
6.Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili Allah mengabarkan tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali diperintahkan bagi mereka untuk beribadah kepada-Nya saja tanpa menyekutukan-Nya, kemudian Allah balas atas amalan-amalan mereka; Maka barangsiapa yang beramal baik, maka dibalas dengan surga, dan barangsiapa yang beramal dengan amalan buruk, maka dibalas dengan adzab neraka. Berkata Syaikh Asy Syinqiti dalam tafsir Adhwaul Bayan menafsirkan ayat وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ, maksudnya adalah : Kecuali untuk diperintahkan beribadah kepada-Ku, dan menguji dengan diberikan beban (perintah dan larangan), kemudian mereka akan dibalas berdasarkan amalan mereka; Jika baik, maka akan dibalas dengan kebaikan, jika buruk maka akan dibalas dengan keburukan. Berkata Syaikh Al Bassam : وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ, maksudnya adalah : Agar Aku tuntut mereka untuk beribadah kepada-Ku, maka Aku balas bagi orang-orang yang ikhlas dan aku adazab bagi orang-orang yang berbuat keburukan.
7.An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 56. Inilah tujuan Allah menciptakan jin dan manusia dan Allah mengutus semua rasul untuk menyeru kepada tujuan tersebut. Tujuan tersebut adalah menyembah Allah yang mencakup berilmu tentang Allah, mencintai-Nya, kembali kepada-Nya, menghadap kepada-Nya dan berpaling dari selain-Nya. Semua tujuan itu tergantung pada ilmu tentang Allah, sebab kesempurnaan ibadah itu tergantung pada ilmu dan ma’rifatullah. Semakin bertambah pengetahuan seorang hamba terhadap Rabbnya, maka ibadahnya akan semakin sempurna. Dan inilah tujuan Allah menciptakan jin dan manusia yang diberi beban taklif, dan Allah menciptakan mereka bukan karena mereka diperlukan oleh Allah.
8.Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di Inilah tujuan Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan jin dan manusia, dan Dia mengutus para rasul untuk menyeru kepadanya, yakni untuk beribadah kepada-Nya yang di dalamnya mengandung ma’rifat (mengenal)-Nya dan mencintai-Nya, kembali kepada-Nya, dan mendatangi-Nya serta berpaling dari selain-Nya. Hal ini tergantung pada ma’rifat (mengenal)-Nya, karena sempurnanya ibadah tergantung sejauh mana pengenalannya kepada Allah, bahkan setiap kali seorang hamba bertambah ma’rifatnya, maka ibadahnya semakin sempurna. Untuk inilah Allah menciptakan manusia dan jin, bukan karena Dia butuh kepada mereka. Dia tidak menginginkan rezeki dari mereka dan tidak menginginkan agar mereka memberi-Nya makan, Mahatinggi Allah Yang Mahakaya dan tidak butuh kepada seorang pun dari berbagai sisi, bahkan semua makhluk butuh kepada-Nya dalam semua kebutuhan mereka, baik yang dharuri (penting) maupun yang selainnya.
9.Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I — هداية الإنسان بتفسير القران Allah memerintah nabi Muhammad beristikamah dalam mengajak umatnya mengesakan Allah karena sesunguhnya itulah tujuan penciptaan. Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk kebaikan-ku sendiri. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan hidup mereka adalah beribadah kepada-ku karena ibadah itu pasti bermanfaat bagi mereka. 57. Aku menciptakan manusia dan jin hanya agar mereka beribadah, bukan agar mereka memberi balasan apa pun kepada-ku. Aku tidak menghendaki rezeki atau balasan sedikit pun dari mereka dan aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-ku, seperti halnya mereka memberi sesajian kepada dewa atau tuhan yang mereka sembah.
10.Makna Mufrodat Dan Kandungan Ayat :
Ayat diatas menggunakan bentuk persona pertama (aku) setelah sebelumnya menggunakan persona ketiga (dia/allah). Ini bukan saja bertujuan menekankan pesan yang dikandungnya tetapi juga untuk menginsyaratkan bahwa perbutan-perbuatan allah melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya.penciptaan, pengutusan rasul, turunya siksa, rezeki yang dibagikan-Nya, melibatkan malaikat dan sebab-sebab lainnya, sedang disisi karena penekannyan adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain allah SWT.
Didahulukannya penyebutan kata (الجن) Jin dari kata (الإنس) manusia karena jin memang lebih dahulu diciptakan Allah dari pada manusia. Huruf (ل) pada kata (ليعبدون) bukan berarti agar supaya mereka beribadah atau agar Allah disembah.
“Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya Dia menja- di musuh dan Kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Ha- man beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.”
Bila huruf lam pada liyakuna dipahami dalam arti agar supaya, maka di atas seperti: maka dipungutlah dia oleh keluarga fir’aun agar supaya dia Musa yang dipungut itu menjadi musuh dengan kesedihan bagi mereka.
Thabathaba’I memahami huruf lam pada ayat yang ditafsirkan dalam arti agar supaya, yakni tujuan penciptaan manusia dan jin adalah untuk beribadah. Ulama ini menulis bahwa tujuan apapun bentuknya adalah sesuatu yang digunakan oleh yang bertujuan untuk menyempurnakan apa yang belum sempurna baginya atau menanggulangi kebutuhan/ kekurangannya.Tentu saja hal ini mustahil bagi Allah SWT, karena dia tidak memiliki kebutuhan Dengan demikian tidak ada lagi baginya yang perlu disempurnakan. Namun disisi lain, suatu perbuatan yang tidak memiliki tujuan adalah perbuatan sia-sia yang perlu dihindari.
Beberapa ulama berpendapat bahwa ayat ini hanya khusus mengenai orang yang telah diketahui oleh Ilmu Allah bahwa ia pasti akan menyembah-Nya, oleh karena ayat ini menggunakan lafadz yang umum dengan makna yang khusus. Perkiraan yang dimaksud adalah tidak Aku ciptakan penduduk surga dari jin dan manusia kecuali untuk menyembahnya.
Al Qusyairi ayat ini pastilah memasuki oleh takhshish (pengkhususan dan pembatasan), karena tidak mungkin orang gila dan anak-anak kecil diperintahkan untuk beribahadah. Allah juga berfirman dalam Surat Al A’raaf: 175
                                                                       وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ
“ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (Isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia”. (Qs. Al A’raaf : 175).
Sementara orang-orang yang memang diciptakan juga untuk beribadah oleh karena itu ayat diatas kemungkinan besar dimaksudkan kepada orang-orang yang beriman saja. Hal ini sama persis seperti yang disebutkan dalam Firman Allah:
قَالَتِ الأعْرَابُ آمَنَّا“ Orang-orang arab badui itu berkata: Kami telah beriman”. Dimana tidak semua orang Arab badui mengatakan mereka telah beriman, hanya sebagian mereka yang mengatakan hal itu. pendapat ini disampaikan oleh Adh-Dhahhak, Al Kindi, Al Faraa’, dan Al Qutabi.
Pendapat ini diperkuat oleh qira’ah yang dibaca oleh Abdullah, yaitu wamaa khalaqtu al jinna wal insa minal mu’minin illa liya’budun (dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia dari golongan orang-orang yang beriman, kecuali untukmenyembah-Ku).
Penafsiran ini ditunjukan oleh apa yang dinyatakan dalam sebuah hadist:
                         كنت كنز ا مخفيا فاردت ان اعرف : فخلخت ا لخلق فبى عرفونى
“Aku adalah simpanan yang tersembunyi lalu Aku mengehandaki supaya dikenal. Maka Aku pun menciptakan makhluk. Maka oleh karena Akulah mereka mengenal Aku”.
Demikian kata mujtahid. Dan begitu diriwayatkan dari Mujahid, bahwa ayat ini adalah: kecuali supaya Aku memerintahkan mereka dan melarang mereka.
Ali bin abi Thalib menafsirkan makna ayat ini diatas adalah tidak Aku ciptakan jin manusia kecuali aku perintahkan mereka untuk beribadah pendapat inilah yang dijadikan sandaran oleh Az Zajjaj, ia menambahkan: Hal ini ditunjukan oleh firman Allah SAW.
                                          وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Padahal padahal mereka disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutuan”. (At-Taubah, 9:31)
Apabila dikatakan: bagaimana mungkin ada manusia yang berbuat kafir kepada Allah padahal mereka diciptakan untuk bersaksi atas ke Tuhanan-Nya dan tunduk kepada perintah dan kehendak-Nya.
Dijawab: Mereka memang harus tunduk kepada takdir yang ditetapkan atas mereka, karena takdir mereka pasti akan terjadi dan mereka tidak akan mungkin mampu untuk menghindar darinya. Mereka hanya berbuat kepada takdir-nYa itu tidak dapat dihindari.
Sementara itu segolongan mufassir berpendapat bahwa arti ayat diatas adalah: kecuali supaya mereka tunduk kepada-Ku dan merendahkan diri yakni, bahwa setiap makhluk dari jin atau manusia tunduk kepada keputusan Allah, patuh kepada kehendak-Nya dan menuruti apa yang telah Dia takdirkan atasnya. Allah menciptakan mereka menurut apa yang Dia Kehendaki, dan Allah memberi rezeki kepada mereka menurut keputusan-Nya, tidak seorang pun di antara mereka yang dapat memberi manfaat maupun mudharat kepada dirinya sendiri.
Kalimat ini merupakan suruhan agar memberi peringatan, dan juga memuat alasan dari diperintahkannya memberi peringatan. Karena, diciptakanya mereka dengan alasan tersebut menyebabkan mereka harus diberi peringatan yang menyebabkan mereka harus diberi peringatan yang menyebabkan mereka wajib ingat dan meuruti nasihat.
Dalam tafsir Al Qurthubi sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalhah menyebutkan, makna dari firman Allah SWT,
                                                                                                        إِلا لِيَعْبُدُون
“Melainkan Supaya mereka menyembah-Ku”
Arti kata diatas adalah melainkan agar mereka mau beribadah dengan sukarela ataupun terpaksa itu adalah orang-orang yang diperbuatnya dilihat oleh orang lain, tidak mutlak hanya karena Allah SWT.
Mujahid menafsirkan bahwa makna firman tersebut adalah “ Melainkan untuk mengenal-Ku”. Pendapat ini mengundang komentar dari Ats Tsa ‘labi, ia mengatakan: pendapat mujtahid sangat baik, alasanya karena memang apabila Allah tidak menciptakan mereka maka tentu mereka tidak akan mengetahui keberadan-Nya dan Keseaan-Nya. Dalil yang dapat memperkuat penafsiran ini adalah firman Allah SWT.
                                                                 وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)”.
Dalam Firman Allah yang lainya                                    
                                         وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
Niscaya mereka akan menjawab: Semuanya diciptakan oleh Maha perkasa lagi Maha Menegatahui”. Sebuah riwayat lain dari mujtahid yang menafsirkan ayat ini menyebutkan bahwa, bahwa makna dari kalimat tersebut adalah melainkan Aku dapat memerintahkan dan melarang mereka.
Zaid bin Aslam menafsirkan, maksud dari firman tersebut adalah mengenai kesengsaraan dan kebahagiaan yang diciptakan untuk jin dan manusia sebelumnya, yakni mereka akan merasakan kebahagiaan diakhirat nanti adalah memang diciptakan untuk beribadah, sedangkan mereka yang akan merasakan kesengsaraan di akhirat nanti adalah jin dan manusia yang diciptakan senang berbuat maksiat.

D.Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas yaitu kita dapat menerapkan  Sikap Sikap dan perilaku yang terkandung dalam surah Adz-Zariyat ayat 56 yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:
1.Ketahuilah bahwa kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan semata untuk hidup di dunia bukan pula untuk sekedar makan dan minum. Apalagi berfoya-foya untuk memenuhi tiap keinginan hawa nafsu kita. Tapi tujuan hidup kita sebenarnya adalah beribadah kepada-Nya.
2.Senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
3.Tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
4.Meyakini dan melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam
5.Belajar menuntut ilmu dengan rajin dan senatiasa mempelajari dan memahami Al-Qur’an.
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedangkan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur sampai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.
Dari urain materi makalah Tafsir diatas dapat dijadikan sebagai acuan dalam beriman kepada allah yang menciptakan kita.dan kita telah diberi tanggung jawab yakni beriman kepadanya. Allah menciptakan kita bukan karena dia mengharapkan rizqi dan allah adalah yang maha petunjuk bagi kita.
Demikian makalah yang dapat kami susun, pastilah dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dari keslahan karena kami sadar ini merupakan keterbatasan dari kami. Makanya kami mengharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.










DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, J. d.-F. (2017). Terjemah Tafsir Jilid 2. Depok: Senja Media Utama.
Shihab, Q. (2009). Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati.
https://www.bacaanmadani.com/2018/05/isi-kandungan-al-quran-surat-az-ariyat.html
http://himafarihah.blogspot.com/2013/07/tafsir-surat-adz-dzaariyat-ayat-56.html?m=1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar