Kelompok 03
DAFTAR ISI
Daftar isi1
BAB I PENDAHULUAN2
A.Pendahuluan2
B.Rumusan masalah2
C.Tujuan2
BAB II PEMBAHASAN3
A.Periode Yunani Kuno3
a.Thales (624-545 SM).4
b.Pythagoras (580 SM–500 SM)4
c.Socrates (469 SM-399 SM)4
d.Plato (427 SM-347 SM)5
e.Aristoteles (384 SM- 322 SM)5
B.Zaman Pertengahan (Abad 6-16 M)7
a.Zaman Patristik8
b.Zaman Skolastik8
c.Zaman Renaissans (14-16 M)8
C.Zaman Modern (Abad 17-19 M)10
D.Periode Kontemporer15
BAB III PENUTUP18
A.Kesimpulan18
DAFTAR PUSTAKA19
BAB I PENDAHULUAN
A.Pendahuluan
Pada bab ini kita akan membahas tentang sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan di dunia barat pada zaman kuno, tengah, modern, dan kontemporer. Pada zaman kuno atau yang kita tahu dengan zaman Yunani Kuno. Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memilki peradaban. Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya.
Abad pertengahan dimulai setelah runtuhnya kerajaan Romawi pada abad ke 5 M dinyatakan sebagai abad pertengahan karena zaman ini berada di tengah-tengah antara dua zaman, yaitu zaman kuno dan zaman modern. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri.
B.Rumusan masalah
1.Bagaimana sejarah singkat tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di dunia barat pada zaman kuno, tengah, modern, dan kontemporer?
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui sejarah singkat tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di dunia barat pada zaman kuno, tengah, modern, dan kontemporer
BAB II PEMBAHASAN
A.Periode Yunani Kuno
Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memilki peradaban. Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya.
Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga berkembang pada generasi-generasi setelahnya. Itu ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya.
Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di antaranya adalah:
a.Thales (624-545 SM).
Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa (Yesus) terlahir, muncul sosok pertama dari tridente Miletus yaitu Thales yang menggebrak cara berfikir mitologis masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala sesuatu. Sebagai Saudagar-Filosof, Thales amat gemar melakukan rihlah. Ia bahkan pernah melakukan lawatan ke Mesir. Thales adalah filsuf pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi dasar alam.10
b.Pythagoras (580 SM–500 SM)
Pythagoras lahir di Samos (daerah Ioni), tetapi kemudian berada di Kroton (Italia Selatan). Ia adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai Bapak Bilangan, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatusegitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Selain itu, Pythagoras berhasil membuat lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society. Selain itu, dalamilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan hubungan antara nada dengan panjang dawai.
c.Socrates (469 SM-399 SM)
Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
Periode setelah Socrates ini disebut dengan zaman keemasan kelimuan bangsa Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates.
d.Plato (427 SM-347 SM)
Ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (Politeia) di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan ideal. Selain itu, ia juga menulis tentang Hukum dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal.
Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Plato, yang hidup di awal abad ke-4 S.M., adalah seorang filsuf earliest (paling tua) yang tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga saat ini. Karyanya Timaeus merupakan karya yang sangat berpengaruh di zaman sebelumnya; dalam karya ini ia membuat garis besar suatu kosmogoni yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut perimbangan dan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu.
e.Aristoteles (384 SM- 322 SM)
Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari kontribusinya, yang paling penting adalah masalah logika dan Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme (syllogisme).
Selain nama-nama di atas, masih ada filosof-filosof seperti Anaximander (610 SM-546 SM) dengan diktum falsafinya bahwa permulaan yang pertama, tidaklah bisa ditentukan (Apeiron), karena tidaklah memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. Anaximenes yang hidup pada abad ke 6 SM., masih satu generasi dengan Anaximander, ia berpendapat bahwa zat yang awal ada adalah udara. Ia menganggap bahwa semuanya di alam semesta dirasuki dengan udara.
Demokreitos (460-370 SM), ia mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi, sehingga ia dikenal sebagai “Bapak Atom Pertama”. Empedokles (484-424 SM) adalah seorang filsuf Yunani berpendapat bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar yang ia sebut sebagai akar, yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain itu, ia menambahkan satu unsur lagi yang ia sebut cinta (philia). Hal ini dilakukannya untuk menerangkan adanya keterikatan dari satu unsur ke unsur lainnya. Empedokles juga dikenal sebagai peletak dasar ilmu-ilmu fisika dan biologi pada abad 4 dan 3 SM. Dan juga Archimedes, (sekitar 287-212 SM) ia adalah seorang ahli matematika, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani.
Archimedes dianggap sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal ini didasarkan pada temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem katrol (yang didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian saja), dan ulir penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat menunjukkan gerak matahari, bulan, planet-planet, dan kemungkinan konstelasi di langit. Dari karya-karyanya yang bersifat eksperimental, ia kemudian dijuluki sebagai Bapak IPA Eksperimental.
Sebelum masuk periode Islam ada yang menyebut sebagai periode pertengahan. Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Ages). Zaman ini ditandai dengan tampilnya para Theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka lakukan harus berdasar atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah terkait erat dengan aktivitas keagamaan. Pada zaman ini filsafat sering dikenal dengan sebagai Anchilla Theologiae (Pengabdi Agama). Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah dipakainya karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.
B.Zaman Pertengahan (Abad 6-16 M)
Abad pertengahan dimulai setelah runtuhnya kerajaan Romawi pada abad ke 5 M dinyatakan sebagai abad pertengahan karena zaman ini berada di tengah-tengah antara dua zaman, yaitu zaman kuno dan zaman modern. Zaman Pertengahan di Eropa adalah zaman keemasan bagi kekristenan. Abad pertengahan selalu dibahas sebagai zaman yang khas, karena dalam abad-abad itu perkembangan alam pikiran Eropa sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama. Filosof Yunani yang berpengaaruh pada abad pertengahan adalah Plato dan Aristoteles. Plato menampakkan pengaruhnya pada Agustinus, sedangkan Plato pada Thomas Aquinas.
Namun dibalik itu dunia filsafat dan ilmu pengetahuan terjadi kemunduran, bahkan pada masa ini filsafat dan ilmu pengetahuan adalah identik dengan agama. Sebab agama (Kristen) yang bersifat dogmatik cenderung menolak keberadaan filsafat dan ilmu, dianggap gerejalah sebagai pusat kebenaran. Jadi ukuran kebenaran adalah apa yang menjadi keputusan gereja. Gereja sangat otoriter dan otoritas gereja harus ditegakkan.
Pada zama Kristiani ini mencapai dua kali periode keemasan yaitu zaman Patristik dan Skolastik, yaitu:
a.Zaman Patristik
Patristik dalam bahasa latin disebut Patres (Bapa bapa Gereja). Ajaran-ajaran filsafat dari Bapa-bapa Gereja menunjukkan pengaruh Plotinos. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Merek berhasil membela ajaran kristiani terhadap tuduhan dari pemikir-pemikir kafir.
Zaman Patristik dibagi atas Patristik Yunani (Patristik Timur) dan Patristik Latin (Patristik Barat). Tokoh-tokoh dari Patristik Yunani antara lain Clemens dari Alexandria, Origenes, Gregorius dari Nazianze, Basilius, Gregorius dari Nizza, dan Dionysios Areopagita. Sedangkan tokoh-tokog dari Patristik Latin yaitu Hilarius, Ambrosius, Hieronymus, dan Augustinus.
b.Zaman Skolastik
Skolastik dalam bahasa latin disebut scholasticus yang berarti guru. Disebut skolastik karena dalam periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang tetap dan yang bersifat internasional. Tema-tema pokok dari ajaran meraka yaitu hubungan antara iman dan akal budi, adanya hakikat Tuhan, antropologi, etika, dan politik. Tokoh-tokoh dari zaman Skolastik ini antara lain Albertus Magnus, Thomas Aquino, Bonaventura, dan Yohanes Duns Scotus.
c.Zaman Renaissans (14-16 M)
Peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern ditandai oleh suatu era yang disebut dengan zaman Renaissans. Periode ini terjadi sekitar tahun 1400-1600 masehi. Renaissans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat.
Zaman renaissans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir. Renaissans adalah zaman atau gerakan yang didukung oleh cita-cita lahirnya kembali manusia yang bebas. Pada zaman renaissans manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dan mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.
Pada zaman ini, manusia disebut sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis sejak zaman Renaissans. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokohnya yang terkenal seperti Copernicus, Johannes Keppler, dan Galileo Galilei.
Copernicus adalah seorang tokoh gerejani yang ortodoks. Dia mengemukakan bahwa matahari berada di pusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut “heliosentrisme” dimana matahari adalah pusat jagad raya. Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta terutama astronomi. Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparahus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (goesentrisme).
Pemikiran yang revolusioner dari Copernicus ini juga terjadi dalam dunia hukum yakni terkait dengan hukum internasional dan hukum tata Negara. Tokoh utama yang terkenal dalam bidang ini adalah Hugo de Groot. Di samping itu, revolusi lebih lanjut di bidang sains dikemukakan pula oleh Francis Bacon. Sebagai perintis filsafat ilmu, Bacon memperkenalkan metode baru yang kemudian berkembang dan diterapkan untuk ilmu-ilmu empiris yaitu logika induktif. Gagasan Bacon tentang metode ilmiah terkenal dengan nama induksi Baconian.
Metodenya dijelaskan secara rinci dalam bukunya yang berjudul Novum Organum. Dalam bukunya ini ia secara positif hendak membengun kembali ilmu yang baru melalui metode ilmiah. Selain itu, Bacon menolak menggunakan silogisme berdasarkan pandangan bahwa inudksi harus bertumpu pada observasi tentang benda-benda, fakta atau peristiwa khusus, dan harus dilaksanakan seluas mungkin.
Galileo Galilei membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa penting dalam astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Merkurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Galileo dalam bidang ini menanamkan pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti : pengamatan (observation), penyingkiran (elimination) segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati, idealisasi, penyusunan teori secara spekulatif atas peristiwa tersebut, peramalan (prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji teori yang didasarkan pada ramalan matematik.
Sedangkan Johannes Keppler menemukan tiga buah hukum, yaitu : (1) Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan cirde, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips. (2) Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama. (3) Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P2 : Q2 , X3 : Y3.
C.Zaman Modern (Abad 17-19 M)
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Dengan demikian, filsafat pada zaman modern memilki corak yang berbeda dengan periode filsafat zaman pertengahan. Perbedaan tersebut terletak terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri.
Filsafat zaman modern ini bercorak “antroposentris”, artinya manusia menjadi pusat perhatian penyelidikan filsafat. Semua filsuf pada zaman ini menyelidiki segi-segi subjek manusiawi, “aku” sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan, pusat tindakan, pusat kehendak, dan pusat perasaan.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Eropa sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini menurut Slamet Santoso sebenarnya mempunyai tiga sumber yaitu:
1.Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjungan Iberia dengan negara-negara Prancis. Para pendeta di Perancis banyak yang belajar di Spanyol,, kemudian mereka inilah yang menyebarkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya itu di lembaga-lembaga pendidikan di Perancis.
2.Perang Salib yang terulang sebanyak enam kali tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing.
3.Pada tahun 1453 Istambul jatuh ke tangan bangsa Turki, sehungga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Italia atau negara-negara lain. Mereka ini menjadi pionir-pionir bagi perkembangan ilmu di Eropa.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Rennaisans. Seperti Rene Descrates, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Tokoh-tokoh yang muncul di era modern ini adalah:
1)Rene Descrates juga seorang ahli ilmu pasti. Bagi Descrates tidak dapat menerima apapun sebagai hal yang benar, kecuali jika diyakini bahwa itu memang benar. Untuk memudahkan penyelesaian masalah, maka perlu dipilah-pilah menjadi bagian kecil. Berfikir runtut dari hal yang sederhana menuju hal yang rumit. Pemeriksaan menyeluruh setelah mengerjakan sesuatu supaya tidak ada yang terlupakan.
2)Isaac Newton dengan temuannya teori Gravitasi, Calculus, dan Optika. Munculnya teori gravitasi kelanjutan dari teori gerak yang dimunculkan oleh Galileo dan Keppler. Jika Galileo, gerakan itu lurus, Keppler berbentuk elips tanpa menjelaskan sebabnya, maka Newton membuat teori gravitasi, bahwa keelipsan lintasan itu karena ada daya tarik antara dua benda yang berdekatan.
3)Charles Darwin dengan teorinya yang paling popular adalah struggle for life (perjuangan untuk hidup), yang kemudian melahirkan teori evolusi bahwa manusia berasal dari monyet.
4) J.J. Thompson dengan temuannya elektron, yang meruntuhkan teori yang mengatakan bahwa materi yang paling kecil adalah atom. Penemuan ini penting bagi pengembangan fisika-nuklir yang mampu mengubah atom menjadi energi lain.
Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman modern, khususnya abad ke 17 adalah persoalan epistimologi. Pertanyaan pokok dalam bidang epistimologi adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan apakah sarana yang paling memadai untuk mencapai pengetahuan yang benar, serta apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dalam filsafat abad 17 ini muncullah beberapa aliran yang memberikan jawaban berbeda, bahkan saling bertentangan. Beberapa aliran tersebut adalah :
a)Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham filsafat yng mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Tokoh yang mempelopori aliran ini adalah Rene Descrates. Descrates berpendapat bahwa agar filsafat dan ilmu pengetahuan dapat diperbaharui, kita memerlukan suatu metode yang baik, yaitu dengan menyangsikan segala-galanya atau keragu-raguan.
Menurutnya, suatu kebenaran yang tidak dapat disangkal adalah corgito ego sum yang artinya aku berpikir (menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang jelas dan tidak dapat disangkal lagi. Untuk memperoleh hasil yang sahih dalam metodenya, Descrates mengemukakan empat hal, sebagai berikut:
1)Tidak menerima suatu apapun sebagai kebenaran, kecuali bila saya melihat hal itu sungguh-sungguh jelas dan tegas sehingga tidak ada suatu keraguan apapun yang mempu merobohkannya.
2)Pecahkan setiap kesulitan atau masalah itu atau sebanyak mungkin bagian, sehingga tidak ada suatu keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
3)Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai hal-hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
4)Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitungn-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita yankinbahwa tidak ada satupun yang mengabaikan atau tertinggal dalam penjelajahan itu.
Sebagai aliran dalam filsafat yang mengutamakan rasio untuk memperoleh pengatahuan dan kebenaran, rasionalisme selalu berpendapat bahwa akal merupakan faktor fundamental dalam suatu pengetahuan. Dan menurut rasonalisme, pengalaman tidak mungkin dapat menguji kebenaran hukum “sebab-akibat” karena peristiwa yang tak terhingga dalam kejadian ala mini tidak mungkin dapat diobservasi.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indra dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman digunakan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, akal juga dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak didasarkan bahan indra sama sekali. Jadi, akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak.
b)Empirisisme
Istilah empiris berasal dari kata emperia (Yunani) yang berarti pengalaman inderawi. Empirisisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan cara observasi/pengindraan. Karena itu, empirisisme dinisbatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman bathiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya aliran ini sangat bertentangan dengan rasionalisme.
Salah satu tokoh terkemuka aliran ini adalah David Hume, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Hume yakin bahwa pengenala inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Ada dua hal yang dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas. Hume tidak menerima substansi sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa cirri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah hasil penginderaan langsung, sedangkan gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan.
Sedangkan tentang kausalitas, Hume berpandangan bahwa jika gejala tertentu diikuti oelh gejala lainnya, lalu dari berbagai gejala tersebut diambil kesimpulan maka kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman. Pengalaman hanya member urutan gejala, tidak memperlihatkan urutan sebab-akibat. Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari “probable” (berpeluang). Karena itulah Hume menolak kausalitas.
Pada hakikatnya pemikiran Hume bersifat analtis, kritis, dan skeptic. Ia berpangkal pada suatu keyakinan bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti, jelas, dan tidak dapat diragukan. Berdasarkan pendapatnya, Hume sampai pada kesimpulan bahwa “aku” termasuk dalam dunia khayalan. Sebab bagi Hume dunia hanya terdiri dari kesan-kesan yang terpisah-pisah, yang tidak dapat disusun secara objektif sistematis, karena tidak ada hubungan sebab akibat di antara kesan-kesan.
c)Kritisisme
Seorang filsuf besar Jerman yang bernama Immanuel Kant telah melakukan usaha untuk menjembatani pendangan-pandangan yang saling bertentangan, yaitu antara rasionalisme dan empirisisme. Filsafat yang diintrodusir oleh Immanuel Kant ini adalah filsafat kritisisme. Kant mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sepihak empirisisme. Menurut aliran ini, baik rasionalisme maupun empirisisme keduanya berat sebelah. Pengalaman manusia merupakan paduan antar sintesa unsure-unsur aspriori (terlepas dari pengalaman) dengan unsure-unsur aposteriori (berasal dari pengalaman).
Kant mencoba untuk mempersatukan rasionalisme dan empirisisme, mengatakan bahwa dengan hanya mementingkan salah satu dari kedua aspek sumber pengetahuan, tidak akan diperoleh pengetahuan yang kebenarannya bersifat universal sekaligus dapat memberikan informasi baru. Masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan. Pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang bersifat universal, tetapi tidak memberikan informasi baru. Sebaliknya pengetahuan empiris dapat memberikan informasi baru, tetapi kebenarannya tidak universal.
Dengan filasafat kritisnya Immanuel Kant telah menunjukkan jasanya yang besar, karena berdasarkan atas penglihatannya yang begitu jelas mengenai keadaan yang saling mempengaruhi di antara subyek pengetahuan dan obyek pengetahuan. Ia telah memberikan pembetulan terhadap sikap berat sebelah yang dikemukakan oleh penganut rasionalisme dan empirisisme, sehingga ia telah membuka jalan bagi perkembangan filsafat.
D.Periode Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini ditandai dengan adanya teknologiteknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika
kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi.
Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan “pengabdiannya bagi Fisika Teoretis”. Karyanya yang lain berupa gerak Brownian, efek fotolistrik, dan rumus Einstein yang paling dikenal adalah E=mc². Di artikel pertamanya di tahun1905 bernama “On the Motion-Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat-of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid“, mencakup penelitian tentanggerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setelah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga kontroversial.
Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan kimia, pada zaman ini disebut dengan “Sains Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang sebuah buku yang berjudul The Nature of Chemical Bond menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian, karya Pauling memuncak dalam pemodelan fisik DNA, “rahasia kehidupan”. Pada tahun ini juga James D. Watson, Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini memicu rekayasa genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh manusia genom (dalam Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi memiliki manfaat medis yang besar.
Selain kimia dan fisika, teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat pada zaman ini. Sebut saja beberapa penemuan yang dilansir oleh nusantaranews.wordpress.com sebagai penemuan yang merubah warna dunia, yaitu: Listrik, Elektronika (transistor dan IC), Robotika (mesin produksi dan mesin pertanian), TV dan Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi, Komputer, Internet, Pesawat Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa Pertanian dan DNA, Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa Material, Teknologi Kesehatan (laser, IR, USG), Fiber Optic, dan Fotografi (kamera, video).
Kini, penemuan terbaru di bidang Teknologi telah muncul kembali. sumber lain telah memberitakan penemuan “Memristor”. Ini merupakan penemuan Leon Chua, profesor teknik elektro dan ilmu komputer di University of California Berkeley. Keberhasilan itu menghidupkan kembali mimpi untuk bisa mengembangkan sistem-sistem elektronik dengan efisiensi energi yang jauh lebih tinggi daripada saat ini. Caranya, memori yang bisa mempertahankan informasi bahkan ketika power-nya mati, sehingga tidak perlu ada jeda waktu untuk komputer untuk boot up, misalnya, ketika dinyalakan kembali dari kondisi mati. Hal ini digambarkan seperti menyala-mematikan lampu listrik, ke depan komputer juga seperti itu (bisa dihidup-matikan dengan sangat mudah dan cepat).
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Sejarah perkembangan ilmu Yunani kuno dikenal sebagai awal kebangkitan filsafat pada abad ke-6 SM. Masa Romawi merupakan masa terakhir dari pertumbuhan ilmu pada Zaman Kuno. Bangsa Romawi bukanlah pencipta teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada sejak zaman Yunani.
Zaman abad keemasan Islam ditandai dengan tampilnya para Theolog Islam dilapangan ilmu pengetahuan. Zaman kontemporer, muncul pada abad ke 20 sampe sekarang, bidang fisika menempati bidang paling tinggi dipandang sebagai hasil karya penelitian murni.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, edisi revisi
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius, 1980
Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, cetakan ke-4
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1986
Paul Strathern, 90 Menit Bersama Aristoteles, Jakarta: Erlangga, 2001
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997
Ghazali, Bachri, dkk., Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN, 2005.
Bernadien, Win Usuludin, Membuka Gerbang Filsafat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Hamersma, Harry, Pintu Masuk ke DUnia Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Hasan, Erliana, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Ihsan, Fuad, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Maksum, Ali, Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012.
Muntasyir, Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Nur, Muhammad, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Fakutas Syariah dan Hukum Press, 2013.
Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarahperkembangan-ilmu/ diakses 16 September 2014.