TOKOH-TOKOH TASAWUF MASA KLASIK, ABAD PERTENGAHAN, MODERN, DAN KONTEMPORER
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Ahmad Muzakkil Anam, M.Pd.I
Disusun oleh:
Sri Harsabtuti Radarani 63020180010
Friska Adita Nur Arifah 63020180093
Asma’ Zakiyah 63020180117
Laili Faizah 63020180121
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penyusunan 1
BAB II 2
PEMBAHASAN 2
A. Tokoh-Tokoh Tasawuf Klasik 2
1. Ibn Athaillah as Sakandary 2
2. Junaid al Baghdadi 2
3. Al Muhasibi 4
4. Abdul Qadir al Jilani 4
5. Al- Hallaj 5
6. Jalaludin al Rumi 6
B. Tokoh-Tokoh Tasawuf Abad Pertengahan 6
1. Ma’ruf al-Karkhi 6
2. Abu al-Hasan Surri al-Saqti 7
3. Abu Sulaiman al-Darani 7
C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Modern 8
1. Al-Qusyairi 8
2. Al-Ghazali 9
D. Tokoh-Tokoh Tasawuf Kontemporer 9
1. Ibn Arabi 9
2. Umar Ibn Al-Faridh 10
3. Ibnu Sabi’in 10
4. Ibn Masarrah 11
BAB III 12
PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu islam yang menekankan dimensiatau aspek spiritual dalam islam. Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuf lebihmenekankan aspek rohani daripada aspek jasmani. Orang yang ahli dalam tasawufdisebut dengan seorang sufi. Seorang sufi selalu berusaha untuk dekat denganTuhan-Nya.
Tasawuf merupakan salah satu aspek asoterik islam, sekaligus sebagai perwujudan dari ihsan yang menyadari adanya komunikasi langsung antaraseorang hamba dan Tuhannya. Sufisme bertujuan memperoleh hubungan langsungdengan Tuhan. Sementara itu, intisarinya adalah kesadaran akan adanyakomunikasi rohaniah antara manusia dan Tuhan melalui kontemplasi. Dengan bertasawuf, seseorang akan menjadi bersih hati dan jiwanya, berarti pula ia akandibimbing oleh cahaya Ilahi. Di dalam ajaran tasawuf pun terdapat beberapa tokohyang terkemuka. Dimana tokoh-tokoh tersebut juga memiliki ajaran tasawufnyamasing-masing
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah tokohTasawuf pada periode Klasik ?
2. Siapakah tokoh Tasawuf terkemuka periodePertengahan ?
3. Siapakah tokoh Tasawuf terkemuka Periode Modern ?
4. Siapakah tokoh Tasawuf terkemuka periodeKontemporer?
C. Tujuan Penyusunan
1. UntukmengetahuitokohTasawuf pada periodeKlasik
2. UntukmengetahuitokohTasawuf pada periodePertengahan
3. UntukmengetahuitokohTasawuf pada periode Modern
4. UntukmengetahuitokohTasawuf pada periodeKontemporer
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tokoh-Tokoh Tasawuf Klasik
Masa ini yaitu pada masa abad pertama dan kedua hijriyah belum bisa sepenuhnya disebut sebagai masa tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai masa kezuhudan. Tasawuf pada masa ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan dan minum, menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini yaitu:
1. Ibn Athaillah as Sakandary
Nama lengkapnya Ahmad ibn Muhammad Ibn Athaillah as Sakandary (w.1350M), dikenal seorang Sufi sekaligus muhadits yang menjadi faqih dalammadzhab Maliki serta tokoh ketiga dalam tarikat al-Syadzili. Penguasaannya akanhadis dan fiqih membuat ajaran-ajaran tasawufnya memiliki landasan nas dan akarsyariat yang kuat. Karya-karyanya amat menyentuh dan diminati semua kalangan,diantaranya Al-Hikam, kitab ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran spiritualdi kalangan murid-murid tasawuf. Kitab lainnya, Miftah Falah Wa Wishbah Al Arwah (Kunci Kemenangan dan Cahaya Spiritual), isinya mengenai dzikir, Kitab al Tanwir Fi Ishqat al Tadhbir (Cahaya Pencerahan dan Petunjuk Diri Sendiri),yang disebut terakhir berisi tentang metode madzhab Syadzili dalam menerapkan nilai sufi, dan ada lagi kitab tentang guru-guru pertama tarekat Syadziliyah - Kitab Lathaif Fi Manaqib Abil Abbas al Mursi wa Syaikhibi Abil Hasan
2. Junaid al Baghdadi
Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al Junaid bin Muhammad al-Kazzaz al-nihawandi. Dia adalah seorang putera pedagang barang pecah belah dankeponakan Surri al-Saqti serta teman akrab dari Haris al-Muhasibi. Dia meninggaldi Baghdad pada tahun 297/910 M. Dia termasuk tokoh sufi yang luar biasa, yangteguh dalam menjalankan syari’at agama, sangat mendalam jiwa kesufiannya. Diaadalah seorang yang sangat faqih, sering memberi fatwa sesuai apa yangdianutnya, madzhab abu sauri : serta teman akrab imam Syafi`i.
Dikatakan bahwa para sufi pada masanya, al-Junaid adalah seorang sufiyang mempunyai wawasan luas terhadap ajaran tasawuf, mampu membahassecara mendalam, khusus tentang paham tauhid dan fana’. Karena itulah diadigelari Imam Kaum Sufi (Syaikh al-Ta’ifah); sementara al-Qusayiri di dalamkitabnya al-Risaalah al-Qusyairiyyah menyebutnya tokoh dan imam kaum sufi.Asal-usul al-Junaid berasal dari Nihawan. Tetapi dia lahir dan tumbuh dewasa diIrak. Tentang riwayat dan pendidikannya, al-Junaid pernah berguru pada pamannya Surri al-Saqti serta pada Haris bin ‘Asad al-muhasibi.Kemampuan al-Junaid untuk menyapaikan ajaran agama kepada umat diakui oleh pamannya, sekaligus gurunya, Surri al Saqti. Hal ini terbukti pada kepercayaangurunya dalam memberikan amanat kepadanya untuk dapat tampil di mukaumum.
Al-Junaid dikenal dalam sejarah tasawuf sebagai seorang sufi yang banyakmembahas tentang tauhid. Pendapat-pendapatnya dalam masalah ini banyakdiriwayatkan dalam kitab-kitab biografi para sufi, antara lain sebagaimanadiriwayatkan oleh al-Qusyairi: “orang-orang yang mengesakan Allah adalahmereka yang merealisasikan keesaan-Nya dalam arti sempurna, meyakini bahwaDia adalah Yang Maha Esa, dia tidak beranak dan diperanakkan.
Di sini memberikan pengertian tauhid yang hakiki. Menurutnya adalah buah darifana terhadap semua yang selain Allah. Dalam hal ini dia menegaskanAl-Junaid juga menandaskan bahwa tasawuf berarti “Allah akan menyebabkanmati dari dirimu sendiri dan hidup di dalam-Nya.” Peniadaan diri ini oleh Junaiddisebut fana’, sebuah istilah yang mengingatkan kepada ungkapan Qur’ani “segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya (QA. 55:26-27); dan hidup dalamsebutannya baqa’”. Al-Junaid menganggap bahwa tasawuf merupakan penyuciandan perjuangan kejiwaan yang tidak ada habis-habisnya. Disamping al-Junaidmenguraikan paham tauhid dengan karakteristik para sufi, dia jugamengemukakan ajaran-ajaran tasawuf lainnya.
3. Al Muhasibi
Nama lengkapnya ialah Abu Abdillah al-Haris bin Asad al Basri al Muhasibi. Ia lahir di Basrah tahun 165 H/781 M. Selagi masih kecil dia pindah keBaghdad, di sana dia kemudian belajar hadis dan teologi, bergaul rapat dengantokoh-tokoh terkemuka dan menyaksikan peristiwa penting pada masa itu. Iameninggal pada 243 H/851 M. Ajaran-ajaran dan tulisan memberikan pengaruhyang kuat dan luas kepada ahli-ahli sufi sesudahnya khususnya kepada AbuHamid al-Gazali. Dia adalah seorang ulama yang termashur dalam ilmu usul danilmu akhlaq disamping dia juga seorang guru yang ternama di kota Bagdad. Diadigelari al-Muhasibi karena suka mengadakan introspeksi. Seperti sudahdisinggung di atas dia mengarang berbagai kitab tasawuf. Sebagian besar lainnyamemuat analisis kehidupan rohaniahhal inilah yang menjadi inti yang menjadi pokok tujuan kitabnya Al Ri’ayah merupakan karya orang islam yang terindah tentang kehidupan esoterik dalam islam.
Nama "al Muhasibi" mengandung pengertian "Orang yang telah menuangkan karya mengenai kesadarannya". Pada mulanya ia tokoh muktazilah dan membela ajaran rasionalisme muktazilah. Namun belakangan dia meninggalkannya dan beralih kepada dunia sufisme dimana dia memadukanantara filsafat dan teologi. Sebagai guru al-Junaid, al Muhasibi adalah tokohintelektual yang merupakan moyang dari al Syadzili. Al-Muhasibi menulis sebuah karya "Ri'ayah Li Huquq Allah", sebuah karya mengenai praktek kehidupanspiritual.
4. Abdul Qadir al Jilani
Abdul Qadir Al Jilani (1077-1166) adalah seorang sufi yang sangat tekenal dalam agama Islam. Ia adalah pendiri tharikat Qadiriyyah, lahir di Desa Jilan, Persia, tetapi meninggal di Baghdad, Irak.
Abdul Qadir mulai menggunakan dakwah islam setelah berusia 50 tahun.Dia mendirikan sebuah tharikat dengan namanya sendiri. Syeikh Abdul Qadirdisebut-sebut sebagai Quthb (poros spiritual) pada zamannya, dan bahkan disebutsebagai Ghauts al-Azham (pemberi pertolongan terbesar), sebutan tersebut tidak bisa diragukan karena janjinya untuk memperkenalkan prinsip prinsip spiritual yang penuh kegaiban. Buku karangannya yang paling populer adalah Futuh al-Ghayb . Melalui Abdul Qadir tumbuh gerakan sufi melalui bimbingan guru tharikat (mursyid). Jadi Qadiriyah adalah tharikat yang paling pertama berdiri.
5. Al- Hallaj
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Mugis Al Husain bin Mansur bin Muhammad al-Baidawi, dan lebih dikenal dengan nama al-Hallaj (857-932). Iaadalah seorang alim dalam ilmu agama islam, seorang Sufi Persia dilahirkan diThus yang dituduh musyrik oleh khalifah dan oleh para pakar Abbasiyah diBaghdad oleh karenanya dia dihukum mati. Sebagaimana dikatakan oleh IbnSuraij ia adalah seorang yang hafal Al-Quran dan sarat dengan pemahamannya,menguasai ilmu fiqih dan hadis serta tidak diragukan lagi keahliannya dalam ilmutasawuf dan dia juga seorang zahid yang terkenal pada masanya dan banyak lagisifat-sifat kesalehannya. Keahlian dan kepribadiannya yang demikian itulah yangmenjadikaannya mampu melahirkan karya-karya gemilang tentang tasawuf.
Al-Hallaj pertama kali menjadi murid Tharikat Syeikh Sahl di al-Tutsari,kemudian berganti guru pada Syeikh al-Makki, kemudian mencoba bergabungmenjadi murid Junaid al-Baghdadi, tetapi ditolak.Al Hallaj terkenal karena ucapan ekstasisnya "Ana Al Haqq" artinya AkulahYang Maha Mutlak, Akulah Yang Maha Nyata, bisa juga berarti "Akulah Tuhan",mengomentari masalah ini al-Junaid menjelaskan "melalui yang Haq engkauterwujud", ungkapan tersebut mengandung makna sebagai penghapusan antaramanusia dengan Tuhan. Menurut Junaid "Al Abd yahqa al Abd al R abb Yahqa al Rabb" artinya pada ujung perjalanan "manusia tetap sebagai manusia dan Tuhantetap menjadi Tuhan".
Pada zamannya al-Hallaj dianggap musyrik, akan tetapi setelah kematiannya justru ada gerakan penghapusan bahkan al-Hallaj disebut sebagai martir atau syahid. Sampai sekarang al-Hallaj tetap menjadi teka-teki atau misteri karenamasih pro dan kontra.
6. Jalaludin al Rumi
Nama lengkapnya adalah Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al Balkhi al Qunuwi. Dia lahir di Balkh pada tahun 604 H/1217 M dan meninggal pada tahun 672 H/1273 M di Qunyah. Ia menjadi seorang da’i dan faqih dan dia dipandang sebagai sufi yang menganut aliran kesatuan wujud. Sebagaimana sufi-sufi sebelumnya yang sealiran.
Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorangcendekia yang saleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang guru yangterkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaanmaka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumidibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar.
B. Tokoh-Tokoh Tasawuf Abad Pertengahan
Masa ini sudah bisa dikatakan sebagai masa tasawuf, yaitu pada abad ketiga dan keempat hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka tidak semata-mata kebahagiaan akhirat yang ditandai dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati kehidupan langsung dengan Tuhan yang didasari dengan rasa cinta. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini yaitu:
1. Ma’ruf al-Karkhi
Namanya adalah Abu Muahfuz Ma’ruf bin Firuz al-Karkhi. Ia berasal dari Persia, namun hidupnya lebih lama di Bagdad. Ia meninggal di kota ini juga pada tahun 200 H / 815 M. Ma’ruf al-Karkhi dikenal sebagai sufi yang selalu diliputi rasa rindu kepada Allah sehingga ia digolongkan ke dalam kelompok auliya’. Dia dipandang sangat berjasa dalam meletakkan dasar-dasar tasawuf.
Ma’ruf al-Karkhi adalah orang pertama yang mengembangkan tasawufnya dari paham cinta (al-hubb) yang dibawa oleh Rabi’ah al-Adawiyah. Ia mengatakan bahwa timbulnya rasa cinta kepada Allah itu bukan karena diusahakan melalui belajar, tetapi datangnya semata-mata karena karunia Allah. Kalau dahulu hidup kerohanian, terutama bertujuan untuk membebaskan diri dari siksa akhirat, sekarang bagi Ma’ruf al-Karkhi, bertujuan sebagai sarana untuk memperoleh ma’rifah kepada Allah.
2. Abu al-Hasan Surri al-Saqti
Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Dia adalah murid Ma’ruf al-Karkhi dan paman al-Junaidi dan merupakan tokoh sufi terkemuka di Bagdad. Ia meninggal pada tahun 253 H / 867 M dalam usia 98 tahun.
Dalam menjalankan ajaran tasawuf, dia beramal siang - malam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan penuh khusu’ dan tawadu’. Siang dan malam yang dia lalui tidaklah berarti tanpa diisi dengan ibadah dan pengabdian. Karena hanya dengan memperbanyak ibadah dan pengabdian itulah, menurutnya dia dapat bertemu dengan Tuhan, dan pertemuan dengan Tuhan itu meruakan puncak keabadian yang sejati.
Dengan terkonsentrasinya pikiran dan perasaan, hilangnya tabir antara seorang sufi dengan Tuhan maka tidak ada lagi yang dirasa dan dipikirkannya kecuali wujud Tuhan. Keadaan seperti ini disebut fana’ yang dipahami sebagai hilangnya sensasi, sehingga ia tidak merasa lagi adanya wujud yang lainnya.
3. Abu Sulaiman al-Darani
Nama lengkapnya ialah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah al-Darani. Dia dilahirkan di Daran, sebuah kampung di kawasan Damakus, dan meninggal pada tahun 215 H / 830 M. Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh sufi terkemuka, seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’. Hidup kerohaniannya penuh diliputi dengan kebersihan jiwa dan kesucian pribadi.
Diantara ucapan-ucapannya yang mengandung ajaran kerohanian adalah: “Orang tidak dapat bersikap zuhud terhadap pesona dunia, kecuali orang yang kalbunya diisi Allah dengan nur-Nya sehingga segenap rasa dan pikirannya tertuju kepada masalah-masalah akhirat saja”. Kemudian, dia juga pernah berkata : “Orang yang ‘arif, kalau telah terbuka penglihatan mata kakinya, kaburlah penglihatan mata lahirnya, sehingga tidak satupun yang dilihatnya, kecuali yang satu, Tuhan”. Dalam sejarahnya al-Darani dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas tentang ma’rifah dan hakikat.
C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Modern
Masa ini disebut juga sebagai masa konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasar aslinya yaitu Alqur’an dan Hadits yang sering disebut juga dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi sunnah Nabi dan para sahabat. Diantara tokoh-tokoh tasawuf pada masa ini adalah:
1. Al-Qusyairi
Nama lengkap al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H di Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu pengetahuan pada masanya. Dan Al-Qusyairi wafat tahun 465 H.
Ajaran-ajaran Taswuf Al-Qusyairi adalah mengembalikan tasawuf ke landasan Ahlussunnah. Seandainya karya al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, dikaji secara medalam, akan tampak secara jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin Ahlu Sunnah, sebagaimana pernyataannya, “Ketahuilah ! Para tokoh aliran ini (maksudnya para sufi) membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar, sehingga terpeliharalah doktrin mereka dari penyimpangan. Selain itu mereka lebih dekat dengan tauhid kaum salaf maupun Ahlu Sunnah, yang tidak tertandingi serta mengenal macet. Merekapun tahu hak yang lama, dan bisa mewujudkan sifat sesuatu yang diadakan dari ketiadaannya. Karena itu, tokoh aliran ini. Selain ajaran mengembalikan tasawuf ke landasan sunnah, Al-Qusyairi juga memberikan ajaran-ajaran tasawuf lainnya seperti, kesehatan batin, penyimpangan para sufi dan urutan maqamat menurut Al-Qusyairi.
2. Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin ta’us Ath-thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali. Ia dipanggil Al-Ghazali karena ia lahir di Ghazalah suatu kota di Kurasan, Iran, tahun 450 H/1058 M, ayahnya seorang pemintal kain wol miskin yang taat.
Di dalam tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah Nabi ditambah dengan doktrin Ahlu Al Sunnah wa Al-jama’ah. Menurut Al-Ghazali, jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu dapat lepas dari segala sesuatu yang selain Allah dan berhias dengan selalu mengingat Allah. Ia pun berpendapat bahwa sosok sufi adalah menempuh jalan kepada Allah, dan perjalanan hidup mereka adalah yang terbaik, jalan mereka adalah jalan yang paling benar, dan moral mereka adalah yang paling bersih. Sebab, gerak dan diam mereka, baik lahir maupun batin, diambil dari cahaya kenabian. Selain cahaya kenabian di dunia ini, tidak ada lagi cahaya yang lebih mampu member penerangan.
D. Tokoh-Tokoh Tasawuf Kontemporer
Masa ini adalah masa yang ditandai dengan munculnya falsafi yakni tasawuf yang memadukan antara rasa dan rasio, tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat yunani. Pengalaman-pengalaman yang diklaim sebagia persatuan anatara Tuhan dan hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep Wahdatul Wujud. Tokoh-tokoh pada masa ini antara lain :
1. Ibn Arabi
Nama lengkapnya Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H. karya yang telah dihasilkannya antara lain Al-Futuhat Al-Makkiyah, tarjuman Al-Asuywan dan masih banyak lagi.
Ajaran tasawuf dari Ibn Arabi adalah wahdatul wujud (kesatuan wujud) yaitu bahwa wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakekatnya wujud makhluk adalah wujud khalik pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya dari segi hakekat. Menurut Ibn Arabi, wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah dan Allah adalah hakikat alam. Tidak ada perbedaan antara a’bid (menyembah) dengan ma’bud (yang disembah), keduanya adalah satu.
Selain itu ajaran tasawuf Ibn Arabi adalah Al-Haqiqat Ul Muhammadiyah, alam ini tidak dapat dipisahkan dadri ajaran hakikat muhammadiyah atau nur Muhammad. Menurut beliau, tahapan-tahapan kejadian proses penciptaan alam dan hubungan dengan kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai wujud Tuhan sebagai wujud mutlak dan wujud hakekat muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan) pertama dari wujud Tuhan kemudian muncullah yang wujud dengan proses tahapan penciptaan alam semesta.
2. Umar Ibn Al-Faridh
Umar Ibn Al-Faridh berasal dari Homat ( Tanah Syam ), lahir di Kairo, Mesir. Ia hidup dari tahun 1181-1235 M. Selama hidupnya ia tinggal di Mekkah dan ia meninggal di Kairo. Dia terkenal dengan keistimewaannya mengubah syair pencintaan kepada Tuhan. Syair yang bernilai tinggi dalam lapangan kecintaan kepada Tuhan. Dorongan rasa keindahan dalam jiwa yang sejati. Sama sekali adalah kesaksian terhadap yang haq, yang mutlak dan jujur, timbul dari kebersihan jiwa dan terang jernihnya penglihatan mata rohani.
Syair kecintaan pada Tuhan dari Ibnu Faridh telah menimbulkan inspirasi bagi berpuluh dan beratus penyair lain, sehingga sesudah abad keenam dan ketujuh lahir syair-syair shufiyah.
3. Ibnu Sabi’in
Nama lengkapnya Ibnu Sabi’in adalah ‘Abdul Haqq bin Ibrahim Muhammad bin Nashr. Dilahirkan pada tahun 614 H (1216/1217) M di Murcia, Spanyol. Dia adalah seorang sufi yang juga filosofnya dari Andalusia.
Ajaran-ajaran tasawufnya yakni, Paham kesatuan mutlak, yaitu wujud adalah satu alias wujud Allah semata. Ibn Sabi’in menempatkan ketuhanan pada tempat yang pertama. Wujud Allah, menurutnya adalah asal segala yang ada pada masa lalu, masa kini maupun masa depan. Sementara wujud materi yang tampak justru dirujukan pada wujud mutlak yang rohaniah. Pendapat Ibn Sabi’in tentang kesatuan mutlak tersebut, merupakan dasar dari paham, khususnya tentang para pencapai kesatuan mutlak ataupun pengakraban dengan Allah.
4. Ibn Masarrah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Massarah. Ia lahir di Cordova, Andalusia pada tahun 269 H/883 M. Ibn Masarrah merupakan seorang sufi sekaligus filosof dari Andalusia juga. Ia memberikan pengaruh besar terhadap esoteric mazhab Al-Mariyyah. Ia termasuk sufi aliran ittihadiyyah. Ia penganut sejati aliran Mu'tazilah. Namun berpaling pada mazhab Neoplatonisme. Oleh karena itu ia dituduh mencoba menghidupkan kembali filsafat Yunani kuno.
Ajaran tasawufnya yaitu, Jalan menuju keselamatan adalah menyucikan jiwa, zuhud dan mahabbah, Dengan penakwilan ala philun (aliran isma’iliyyah) terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, ia menolak adanya kebangkitan jasmani dan siksa neraka bukanlah dalam bentuk yang hakikat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa klasik tasawufnya masih zuhud, tidak terlalu suka dengan duniawi. Secara keilmuan masih belum terpuruk. Diantara tokoh-tokohnya yaitu: Ibn Athaillah as Sakandary, Junaid al Baghdadi, Al Muhasibi, Abdul Qadir al Jailani, Al Hallaj, dan Jalaludin al Rumi. Pada abad pertengahan baru muncul kata tasawuf ,mulai ada gejolak dan perpecahan. Ketika kepemimpinan jatuh pada dinasti bani umayah terdapat perbedaan drastis pola hidup dimana berubah menjadi serba mewah dan muncullah orang-orang zahid yang menolak dengan gaya hidup tersebut. Namun saat menolak sedikit berlebihan sehingga menarik diri dari masyarakat dan asyik dengan dirinya sendiri beribadah dengan Allah. Tokoh-tokoh pada masa itu yaitu: Ma’ruf al Kharki, Abu al Hasan surri al Saqti, dan Abu Sulaiman al Darani.Pada era Modern di kritik karena terlalu asyik dengan dirinya sendiri, dengan tokoh: Al Qusyairi dan Al ghazali. Pada kontemporer tasawuf lebih bersifat elektronik dan bisa dikatakan komoditas. Dan tokohnya yaitu: Ibnu Arrabi, Umar Ibn al Faridh, Ibnu Sabi’in, danibn Masarrah.
B. Saran
Kita sebagai umat islam wajib mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf karena dengan kita mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf hidup kita menjadi lebih tenang dengan kita mendekatkan diri kepada Allah secara langsung. Senlain itu, dengan kita mengetahui ilmu tasawuf insya allah kita selalu berada dijalan kebenaran dan kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Yanuar, Hikmah, Karomah & Kisah Spiritual Tokoh-Tokoh Sufi Dunia (Yogyakarta : PT Araska, 2006)
As, Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002)
Mujib, Abdul, Tokoh-Tokoh Sufi: Kata Hikmah, Syair dan Ajarannya yang Menarik Hati (Gresik : PT Bintang Pelajar, 1988)
Musbikin, Imam, Jejak-Jejak para Sufi (Yogyakarta : PT Mitra Pustaka, 2005)
Sabtu, 25 Mei 2019
Makalah TOKOH-TOKOH TASAWUF MASA KLASIK, ABAD PERTENGAHAN, MODERN, DAN KONTEMPORER
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar